“iya aku nyampe jam 9 besok Mam.”
ucap Freya begitu ia sampai di apartemennya ketika mendengar lagu A Certain
Romantic yang berbunyi pertanda masuknya
panggilan.
“safe flight ya sayang, see you
tomorrow.” Sahut wanita setengah baya yang merupakan mama Freya dari ujung
sambungan.
“Bye Mam, see you tomorrow.”
Langit malam telah menyabut Freya
ketika ia melangkah keluar dari terminal 3 Bandara Soekarno Hatta setelah
melewati 18 jam penerbangan ditambah dengan delay untuk mencapai rumah, ya,
Jakarta dalah rumah walaupun ia telah meninggalkan Jakarta selama 6 tahun
terakhir hidupnya—pergi meninggalkannya—meskipun London telah menemani hari-harinya
tetapi Jakarta akan selalu menjadi rumah ketika ia butuh perlindungan.
“Yayaaa!!” seru sebuah suara yang
sudah sangat dikenalnya.
“Mama, ah kangennyaaa” ucap Freya
seraya memeluk wanita separuh baya yang bermata teduh yang selalu memberikan
rasa aman ketika Freya takut.
“Kok anak mama tambah kurus sih
sekarang, kamu pasti makannya ga teratur yah Ya disana”
“Makan kok mam, ya kali aku ga
makan.”
Selama perjalanan pulang kerumahnya
di daerah kemang Freya mengingat alasannya pulang setelah kabur dari nya yang membuat Freya teringat akan
masa- masa kelamnya. Kembalinya Freya kali ini karena ia membutuhkan liburan
dari kgiatannya di London yang membosankan dan selalu sama setiap harinya. Dan karena
Freya yakin bahwa dia pasti telah
melupakannya.
‘Dia pasti udah ngelupain gue,
tenang aja Freya’ meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak perlu takut dengan
apa yang ia takuti selama ini.
“Mam aku pergi dulu ya, bye.” Kata Freya
kepada ibunya ketika ia akan pergi ke tempat yang selalu memberikan banyak
kenangan indah serta menyakitkan bagi Freya.
“Ya..Yaa, kamu tuh baru balik semalem
kok udah tega ninggalin Mama sih Ya” sahut mamanya sambil berlagak marah.
“Kan aku ada acara reuni Mam,
lagipula acaranya kan ga lama paling Cuma 2 jam.” Akhirnya Freya berhasil
membujuk Mamanya untuk memperbolehkannya pergi untuk menghadiri reuni SMA nya.
Gedung tua yang masih berdiri kokoh
ini merupakan saksi bisu masa-masa SMA Freya yang memberikannya banyak sekali
pelajaran hidup berupa tangis, canda, tawa, dan cinta. Aula SMA 123 yang telah
ramai terisi dengan ratusan pasang mata yang menikmati acara kebersamaan yang
telah lama terlupakan karena kehidupan setiap masing-masing individu yang
beragam, kegiatan yang membawa kenangan yang telah dilewati tahun-tahun yang
lalu.
“Eya?” sebut sebuah suara disebelah
Freya yang membuat ia merinding ketika mendengar satu kata tersebut, bukan
karena suara bariton yang selalu senang ia dengarkan berkali-kali itu tetapi
karena dialah yang menyebutkan kata
itu, Eya, sepenggal kata dari namanya yang hanya disebutkan oleh dua orang yang
paling berharga dalam kehidupannya yaitu ayahnya dan laki-laki yang selalu
diingatnya setiap malam walau telah ia halau berkali-kali.
“Arkan? H-hai” sapa Freya
terbata-bata dengan degupan jantung yang mungkin bisa didengar oleh laki-laki
berkulit sawo matang dihadapnnya.
“Hai Eya, sudah 6 tahun ya sejak
kita terakhir kali ketemu, gimana kabar kamu?” tanya laki-laki bernama Arkanda Ganendra
sambil tersenyum.
“Baik Kan” sahut Freya sambil
sedkit berteriak karena suara musik yang sudah berdentum kencang.
“kita kedepan aja yuk Ya?”
“Hah? Kamu ngomong apa Kan?” teriak
Freya karena tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatan oleh Arkan.
Arkan lalu menarik tangan Freya untuk melngkah keluar menjauhi dentuman musik
yang memekakkan telinga didalam aula saat ini.
“Better right?” tanya Arkan
sesampainya mereka didepan aula
“Better” sahut Freya sambil
berjalan menuju tempat yang tanpa perlu dikatan sudah dituju oleh mereka berdua
–rooftop-
“Aku ga nyangka bakal ketemu kamu
hari ini padahal kamu ga pernah dateng ke reunian kita sebelumnya” sahut Arkan
membuka pembicaraan
“Haha, aku juga ga mikir bakal
dateng hari ini Kan” tanpa sadar mereka telah membicarakan banyak hal sampai 2
jam telah berlalu tanpa mereka sadari. Jarak 6 tahun tanpa kehadiran dan
komunikasi dikehidupan mereka masing-masing tidak bisa mengapus kedekatan serta
rasa nyaman yang telah mereka jalin selama 3 tahun sebelumnya.
“Aku kangen kamu Ya, aku sudah
berusaha untuk melupakan kamu seperti apa yang kamu minta ke aku waktu kamu
putusin aku 6 tahun lalu, tapi ga pernah sekalipun aku bisa melakukan apa yang
kamu minta itu.”
Freya pun tidak dapat memungkiri
rasa kehilangan dan rindu yang dirasakan Arkan selama ini, walau ia telah
berusaha melakukannya sekeras mungkin yang didasari oleh suatu hal sederhana
yaitu rasa takut. Rasa takut ditinggalkan oleh orang yang ia sayangi selalu
menghantui hari-hari Freya selepas kepergian Ayahnya untuk selama-lamanya 10
tahun yang lalu. Ia harus kehilangan orang yang paling dekat dengannya bahkan
melebihi Mamanya sendiri karena kecelakaan pesawat yang merenggut nyawa Ayahnya
10 tahun silam. Freya merasa nyaman karena Arkan yang mirip dengan Ayahnya dari
caranya memperlakukan serta memperhatikan Freya selama mereka mengenak satu
sama lain.
“Kenapa sih Ya kamu egois banget
ninggalin aku begitu saja –“ sambung Arkan yang terpotong oleh Freya
“Aku terlalu takut Kan, takut akan
kehilangan orang yang berarti dalam hidup aku untuk kedua kalinya.” Potong Freya
“Siapa yang akan ninggalin kamu Ya?
Aku ga akan pernah ninggalin kamu Ya”
“Siapa yang bisa memastika kamu ga
akan ninggalin aku kayak Papa ninggalin aku Kan? Kamu bisa mastiin dengan apa?”
“Mungkin memang tidak ada hal yang
bisa memastikan aku akan selalu ada untuk kamu Ya, tapi aku kana berusaha
sebisa mungkin untuk selalu ada untuk kamu. Jangan hidup dimasa lalu terus Ya,
munggkin kamu sedih karena kehilangan Papa kamu tapi kamu harus move on karena
kamu bukan tinggal dimasa lalu lagu sekarang. Kamu selalu bisa belajar dari
masa lalu tapi kamu harus ingat bahwa kamu hidup untuk masa kini dan merancang
masa depan yang masih menanti.”
Apa yang dikatakan Arkan
menyadarkan Freya bahwa ia terlalu takut untuk memiliki hubungan dengan orang
lain ketika masa SMA nya karena ia takut akan ditinggalkan lagi oleh
orang-orang yang berarti baginya termasuk takut untuk terus bersama Arkan.
“Ya, aku akan bantu kamu supaya kamu ga perlu takut untuk
ditinggalkan karena akan selalu ada hikmah dibalik semua kepergian.”
“Aku mau belajar Kan, belajar untuk
tidak lari dari kenyataan dan setiap masalah yang aku hadapi seperti ketika aku
pergi untuk menghindari kamu 6 tahun lalu.”
“Ayo kita belajar bareng-bareng, Ya
untuk menghadapi setiap masalah dalam hidup kita tanpa perlu lari karena hanya
ikan yang melawan arus yang dapat bertahan hidup.”
16 komentar:
Bagusssss"
Bagusππ
Nice....
Lanjutkan karya anda.
Mantappp ππ
Baguss...ditunggu karya selanjutnyaπ
saya suka saya suka
Ceritanyaa baguss saya sukaa ππ
mantab!!ππ»ππ»ππ» kembangkan lgi grace!
Bagus bangettt.. lanjutkan
Penulisan cerpen yang dikemas dalam bahasa sehari - hari membuat penulis tertarik untuk memahami isi cerita. Good job writter ☺
Good job penulis! Ceritanya menggambarkan sekali tentang ketakutan untuk memulai yang baru.. tetap berkarya!
As always , cerita yang dibuat selalu menakjubkan , ditunggu cerita selanjutnya n keep it up !
cerita nya menarik!
kereenn, cerita na ngenaπ
Kreatif grace, Keep posting!
Posting Komentar